
Segala puji hanya kembali dan milik Allah Tabaroka wa Taโala, hidup kita, mati kita hanya untuk menghambakan diri kita kepada Dzat yang tidak membutuhkan sesuatu apapun dari hambanya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah, Muhammad bin Abdillah Shollallahu โalaihi wa Sallam, beserta keluarga dan para sahabat beliau radhiyallahu โanhum.
Kedudukan wudhu dalam sholat
Wudhu merupakan suatu hal yang tiada asing bagi setiap muslim, sejak kecil ia telah mengetahuinya bahkan telah mengamalkannya. Akan tetapi apakah wudhu yang telah kita lakukan selama bertahun-tahun atau bahkan telah puluhan tahun itu telah benar sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi kita Muhammad shallallahu โalaihi was sallam? Karena suatu hal yang telah menjadi konsekwensi dari dua kalimat syahadat bahwa ibadah harus ikhlas mengharapkan ridho Allah dan sesuai sunnah Nabi shallallahu โalaihi was sallam. Demikian juga telah masyhur bagi kita bahwa wudhu merupakan syarat sah sholat[1], yang mana jika syarat tidak terpenuhi maka tidak akan teranggap/terlaksana apa yang kita inginkan dari syarat tersebut.
Sebagaimana sabda Nabi yang mulia, Muhammad shallallahu โalaihi was sallam,
ยซ ูุงู ุชูููุจููู ุตููุงูุฉู ู
ููู ุฃูุญูุฏูุซู ุญูุชููู ููุชูููุถููุฃู ยป
โTidak diterima sholat orang yang berhadats sampai ia berwudhuโ.[2]
Demikian juga dalam juga Allah Subhanahu wa Taโala perintahkan kepada kita dalam KitabNya,
ููุง ุฃููููููุง ุงูููุฐูููู ุขูู
ููููุง ุฅูุฐูุง ููู
ูุชูู
ู ุฅูููู ุงูุตููููุงุฉู ููุงุบูุณููููุง ููุฌููููููู
ู ููุฃูููุฏูููููู
ู ุฅูููู ุงููู
ูุฑูุงูููู ููุงู
ูุณูุญููุง ุจูุฑูุกููุณูููู
ู ููุฃูุฑูุฌูููููู
ู ุฅูููู ุงููููุนูุจููููู
โHai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kakiโ.
(QS Al Maidah [5] : 6).
Maka marilah duduk bersama kami barang sejenak untuk mempelajari shifat/tata cara wudhu Nabi shallallahu โalaihi was sallam.
Pengertian wudhu
Secara bahasa wudhu berarti husnu/keindahan dan nadhofah/kebersihan, wudhu untuk sholat dikatakan sebagai wudhu karena ia membersihkan anggota wudhu dan memperindahnya[3].
Sedangkan pengertian menurut istilah dalam syariโat, wudhu adalah peribadatan kepada Allah โazza wa jalla dengan mencuci empat anggota wudhu[4] dengan tata cara tertentu. Jika pengertian ini telah dipahami maka kita akan mulai pembahasan tentang syarat, hal-hal wajib dan sunnah dalam wudhu secara ringkas.
Tata Cara Wudhu secara Global
Adapun tata cara wudhu secara ringkas berdasarkan hadits Nabi shallallahu โalaihi was sallam dari Humroon budak sahabat Utsman bin Affan rodhiyallahu โanhu[5],
ุนููู ุญูู ูุฑูุงูู ู ูููููู ุนูุซูู ูุงูู ุจููู ุนููููุงูู ุฃูููููู ุฑูุฃูู ุนูุซูู ูุงูู ุฏูุนูุง ุจูููุถููุกู ุ ููุฃูููุฑูุบู ุนูููู ููุฏููููู ู ููู ุฅูููุงุฆููู ุ ููุบูุณูููููู ูุง ุซููุงูุซู ู ูุฑููุงุชู ุ ุซูู ูู ุฃูุฏูุฎููู ููู ูููููู ููู ุงููููุถููุกู ุ ุซูู ูู ุชูู ูุถูู ูุถู ุ ููุงุณูุชูููุดููู ุ ููุงุณูุชูููุซูุฑู ุ ุซูู ูู ุบูุณููู ููุฌููููู ุซููุงูุซูุง ููููุฏููููู ุฅูููู ุงููู ูุฑููููููููู ุซููุงูุซูุง ุ ุซูู ูู ู ูุณูุญู ุจูุฑูุฃูุณููู ุ ุซูู ูู ุบูุณููู ููููู ุฑูุฌููู ุซููุงูุซูุง ุ ุซูู ูู ููุงูู ุฑูุฃูููุชู ุงููููุจูููู โ ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู โ ููุชูููุถููุฃู ููุญููู ููุถููุฆูู ููุฐูุง ููููุงูู ยซ ู ููู ุชูููุถููุฃู ููุญููู ููุถููุฆูู ููุฐูุง ุซูู ูู ุตููููู ุฑูููุนูุชููููู ุ ูุงู ููุญูุฏููุซู ูููููู ูุง ููููุณููู ุ ุบูููุฑู ุงูููููู ูููู ู ูุง ุชูููุฏููู ู ู ููู ุฐูููุจูููDari Humroon -bekas budak Utsman bin Affanโ, suatu ketika โUtsman memintanya untuk membawakan air wudhu (dengan wadahpent.), kemudian ia tuangkan air dari wadah tersebut ke kedua tangannya. Maka ia membasuh kedua tangannya sebanyak tiga kali, lalu ia memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudhu kemudian berkumur-kumur, lalu beristinsyaq dan beristintsar. Lalu beliau membasuh wajahnya sebanyak tiga kali, (kemudian) membasuh kedua tangannya sampai siku sebanyak tiga kali kemudian menyapu kepalanya (sekali sajapent.) kemudian membasuh kedua kakinya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengatakan, โAku melihat Nabi shallallahu โalaihi was sallam berwudhu dengan wudhu yang semisal ini dan beliau shallallahu โalaihi was sallam mengatakan, โBarangsiapa yang berwudhu dengan wudhu semisal ini kemudian sholat 2 rokaโat (dengan khusyuked.)dan ia tidak berbicara di antara wudhu dan sholatnya[6] maka Allah akan ampuni dosa-dosanya yang telah laluโ[7].
Dari hadits yang mulia ini dan beberapa hadits yang lain dapat kita simpulkan tata cara wudhu Nabi shallallahu โalaihi was sallam secara ringkas sebagai berikut[8],
1. Berniat wudhu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats.
2. Mengucapkan basmalah (bacaan bismillah).
3. Membasuh dua telapak tangan sebanyak 3 kali.
4. Mengambil air dengan tangan kanan kemudian memasukkannya ke dalam mulut dan hidung untuk berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air dalam hidung). Kemudian beristintsar (mengeluarkan air dari hidung) dengan tangan kiri sebanyak 3 kali.
5. Membasuh seluruh wajah dan menyela-nyelai jenggot sebanyak 3 kali.
6. Membasuh tangan kanan hingga siku bersamaan dengan menyela-nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan yang kiri.
7. Menyapu seluruh kepala dengan cara mengusap dari depan ditarik ke belakang, lalu ditarik lagi ke depan, dilakukan sebanyak 1 kali, dilanjutkan menyapu bagian luar dan dalam telinga sebanyak 1 kali.
8. Membasuh kaki kanan hingga mata kaki bersamaan dengan menyela-nyelai jemari sebanyak 3 kali kemudian dilanjutkan dengan kaki kiri.
Syarat-Syarat Wudhu[9]
Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullah menyebutkan syarat wudhu ada tujuh[10], yaitu
1. Islam,
2. Berakal,
3. Tamyiz[11],
4. Berniat[12], (letak niat ini ketika hendak akan melakukan ibadah tersebut[13],pent.)
5. Air yang digunakan adalah air yang bersih dan bukan air yang diperoleh dengan cara yang haram,
6. Telah beristinjaโ[14] & istijmar[15] lebih dulu (jika sebelumnya memiliki keharusan untuk istinjaโ dan istijmar dari hadats),
7. Tidak adanya sesuatu hal yang mencegah air sampai ke kulit.
Kami tidak menyebutkan dalil tentang hal di atas karena kami menganggap hal ini telah maโruf dikalangan kaum muslimin.
Wajib Wudhu
Membaca bismillah ketika hendak wudhu, sebagaimana sabda Nabi kita shallallahu โalaihi was sallam,
ยซ ูุงู ุตููุงูุฉู ููู ููู ูุงู ููุถููุกู ูููู ูููุงู ููุถููุกู ููู ููู ููู ู ููุฐูููุฑู ุงุณูู ู ุงูููููู ุชูุนูุงููู ุนููููููู ยปโTidak ada sholat bagi orang yang tidak berwudhu, dan tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah Taโala (bismillah) ketika hendak berwudhuโ.[16]Membasuh wajah, termasuk dalam membasuh wajah adalah berkumur-kumur, istinsyaq dan istintsar[17].
Para โulama mengatakan batasan bagian wajah yang dibasuh adalah mulai dari atas ujung dahi (awal tempat tumbuhnya rambut) sampai bagian bawah jenggot dan batas kiri kanan adalah telinga[*][18].
Adapun yang dimaksud dengan istinsyaq adalah sebagaimana yang dikatakan Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolaniy rohimahullah, โMemasukkan air ke hidung dengan menghisapnya sampai ke ujungnya, sedangkan istintsar adalah kebalikannyaโ[19]. Dalil tentang hal ini sebagaimana yang firman Allah โazza wa jalla,
ููุง ุฃููููููุง ุงูููุฐูููู ุขูู ููููุง ุฅูุฐูุง ููู ูุชูู ู ุฅูููู ุงูุตููููุงุฉู ููุงุบูุณููููุง ููุฌููููููู ูโHai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah wajahโ. (QS Al Maidah [5] : 6).
Sebagaimana dalam ilmu ushul fiqh[20] perintah dalam perkara ibadah memberikan konsekwensi wajib. Maka membasuh wajah dalam wudhu adalah wajib. Sedangkan dalil yang menunjukkan wajibnya berkumur-kumur, istinsyaq dan istintsar adalah ayat di atas yang memerintahkan kita untuk membasuh wajah, sedangkan mulut dan hidung merupakan bagian dari wajah. Demikian juga hadits Nabi shallallahu โalaihi was sallam,
ยซ ุฅูุฐูุง ุชูููุถููุฃู ุฃูุญูุฏูููู ู ููููููุณูุชูููุดููู ุจูู ูููุฎูุฑููููู ู ููู ุงููู ูุงุกู ุซูู ูู ููููููุชูุซูุฑู ยปโJika salah seorang dari kalian hendak berwudhu maka beristinsyaqlah di hidungnya dengan air kemudian beristintsarlahโ.[21]
Dalil khusus dalam masalah kumur-kumur adalah hadits Nabi shallallahu โalaihi was sallam,
ยซ ุฅูุฐูุง ุชูููุถููุฃูุชู ููู ูุถูู ูุถู ยปโJika engkau hendak wudhu, maka berkumur-kumurlahโ[22].
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rohimahullah mengatakan, โCara berkumur-kumur, istinsyaq dan istintsar dilakukan bersamaan (satu kali jalan), maka setengah air digunakan untuk berkumur-kumur dan sisanya untuk istinsyaq dan istintsarโ.[23]
Menyela-nyelai jenggot, dalil tentang hal ini adalah hadits Nabi shallallahu โalaihi was sallam dari sahabat Anas bin Malik rodhiyallahu โanhu,
ููุงูู ุฅูุฐูุง ุชูููุถููุฃู ุฃูุฎูุฐู ูููููุง ู
ููู ู
ูุงุกู ููุฃูุฏูุฎููููู ุชูุญูุชู ุญููููููู ููุฎูููููู ุจููู ููุญูููุชููู
ููููุงูู ยซ ููููุฐูุง ุฃูู
ูุฑูููู ุฑูุจููู ุนูุฒูู ููุฌูููู ยป
โMerupakan kebiasaan (Nabi shallallahu โalaihi was sallampent. ) jika beliau akan berwudhu, beliau mengambil segenggaman air kemudian beliau basuhkan (ke wajahnyapent) sampai ketenggorokannya kemudian beliau menyela-nyelai jenggotnyaโ. Kemudian beliau mengatakan, โDemikianlah cara berwudhu yang diperintahkan Robbku kepadakuโ[24].
Dan cara menyela-nyelai jenggot adalah sebagaimana sabda Nabi shallallahu โalaihi was sallam di atas yaitu dengan menyela-nyelainya bersamaan dengan membasuh wajah[25].
Membasuh kedua tangan sampai siku, dalilnya adalah firman Allah โazza wa jalla,
ุฅูุฐูุง ููู
ูุชูู
ู ุฅูููู ุงูุตููููุงุฉู ููุงุบูุณููููุง ููุฌููููููู
ู ููุฃูููุฏูููููู
ู ุฅูููู ุงููู
ูุฑูุงูููู
โApabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan sikuโ. (QS Al Maidah [5] : 6).
Demikian juga hadits Nabi shallallahu โalaihi was sallam,
ยซ ุซูู
ูู ุบูุณููู ููุฏููู ุงููููู
ูููู ุฅูููู ุงููู
ูุฑููููู ุซููุงูุซูุง ุ ุซูู
ูู ุบูุณููู ููุฏููู ุงููููุณูุฑูู ุฅูููู ุงููู
ูุฑููููู ุซููุงูุซูุง ยป
โKemudian beliau membasuh tangannya yang kanan sampai siku sebanyak tiga kali, kemudian membasuh tangannya yang kiri sampai siku sebanyak tiga kaliโ[26].
Menyapu[27] kepala dengan air, kedua telinga termasuk dalam bagian kepala[28].
Dalilnya adalah firman Allah โazza wa jalla,
ููุงู
ูุณูุญููุง ุจูุฑูุกููุณูููู
ู
โDan sapulah kepalamuโ. (QS Al Maidah [5] : 6).
Perintah dalam ayat ini menunjukkan hukum menyapu kepala adalah wajib bahkan hal ini diklaim ijmaโ oleh An Nawawi Asy Syafiโi rohimahullah[29].
Demikian juga sabda Nabi shallallahu โalaihi was sallam,
ยซ ุซูู
ูู ู
ูุณูุญู ุฑูุฃูุณููู ุจูููุฏููููู ุ ููุฃูููุจููู ุจูููู
ูุง ููุฃูุฏูุจูุฑู ุ ุจูุฏูุฃู ุจูู
ูููุฏููู
ู ุฑูุฃูุณููู ุ ุญูุชููู ุฐูููุจู ุจูููู
ูุง ุฅูููู ููููุงูู ุ ุซูู
ูู ุฑูุฏููููู
ูุง ุฅูููู ุงููู
ูููุงูู ุงูููุฐูู ุจูุฏูุฃู ู
ููููู ยป
โKemudian beliau membasuh mengusap kepala dengan tangannya,(dengan cara.) menyapunya ke depan dan ke belakang. Beliau memulainya dari bagian depan kepalanya ditarik ke belakang sampai ke tengkuk kemudian mengembalikannya lagi ke bagian depan kepalanyaโ[30].
Hadits ini menunjukkan bagaimana cara mengusap kepala[31] yang Allah perintahkan dalam surat Al Maidah ayat 6 di atas. Demikian juga hadits ini juga dalil bahwa yang bagian kepala yang dihusap dalam ayat di atas adalah seluruh kepala/rambut[32] dan inilah pendapat Al Imam Malik rohimahullah demikian juga hal ini merupakan pendapat Al Imam Al Bukhori rohimahullah sebagaimana dalam kitab shahihnya. Jadi mengusap kepala bukanlah hanya sebagian (hanya ubun-ubun) sebagaimana anggapan sebagian orang. Sedangkan dalil bahwa menyapu kedua telinga termasuk dalam menyapu kepala adalah sabda Nabi โalaihish sholatu was salam,
ยซ ุงูุฃูุฐูููุงูู ู
ููู ุงูุฑููุฃูุณู ยป
โKedua telinga merupakan bagian dari kepalaโ.[33]
Lalu cara menyapu kedua telinga adalah sebagaimana sabda Nabi shallallahu โalaihi was sallam,
ยซ ุซูู
ูู ู
ูุณูุญู ุจูุฑูุฃูุณููู ููุฃูุฐููููููู ุจูุงุทูููููู
ูุง ุจูุงูุณููุจููุงุญูุชููููู ููุธูุงููุฑูููู
ูุง ุจูุฅูุจูููุงู
ููููู ยป
โkemudian beliau menyapu kedua telinga sisi dalamnya dengan dua telunjuknya dan sisi luarnya dengan kedua jempolnyaโ.[34]
Adapun untuk cara mengusap kepala dan kedua telinga dengan air, untuk perempuan sama seperti untuk laki-laki sebagaimana yang dikatakan oleh An Nawawi Asy Syafiโi rohimahullah demikian juga hal ini merupakan pendapat Imam Syafiโi rohimahullah sendiri dan dinukil oleh Al Bukhori rohimahullah dalam kitab shohihnya dari Saโid bin Musayyib rohimahullah [35].
Membasuh kedua kaki hingga mata kaki. Dalil hal ini adalah firman Allah Subhanahu wa Taโala,
ููุฃูุฑูุฌูููููู
ู ุฅูููู ุงููููุนูุจููููู
โ(basuh) kaki-kaki kalian sampai dengan kedua mata kakiโ.
(QS Al Maidah [5] : 6).
Demikian juga hadits Nabi shallallahu โalaihi was sallam,
ยซ ุซูู
ูู ุบูุณููู ุฑูุฌููููููู ุฅูููู ุงููููุนูุจููููู ยป
โKemudian beliau membasuh kedua kakinya hingga dua mata kakiโ[36].
Membasuh kedua mata kaki hukumnya wajib karena Allah sebutkan dengan lafadz/bentuk perintah, dan hukum asal perintah dalam masalah ibadah adalah wajib. Adapun cara membasuhnya adalah sebagaimana yang disabdakan beliau alaihish sholatu was salam,
ยซ ุฅูุฐูุง ุชูููุถููุฃู ุฏููููู ุฃูุตูุงุจูุนู ุฑูุฌููููููู ุจูุฎูููุตูุฑููู ยป
โJika beliau shallallahu โalaihi was sallam berwudhu,
beliau menggosok jari-jari kedua kakinya dengan dengan jari kelingkingnyaโ[37].
Demikian juga pendapat Al Ghozali rohimahullah, namun beliau qiyaskan dengan cara istinjaโ, sebagaimana yang dinukilkan oleh Al โAmir Ash Shonโani rohimahullah[38].
Muwalah
Muwalah[39] adalah berturut-turut dalam membasuh anggota-anggota wudhu dalam artian membasuh anggota wudhu lainnya sebelum anggota wudhu (yang sebelumnya telah dibasuh) mengering dalam kondisi/waktu normal[40].
Dalil wajibnya hal ini adalah firman Allah Subhanahu wa Taโala,
ููุง ุฃููููููุง ุงูููุฐูููู ุขูู
ููููุง ุฅูุฐูุง ููู
ูุชูู
ู ุฅูููู ุงูุตููููุงุฉู ููุงุบูุณููููุง ููุฌููููููู
ู ููุฃูููุฏูููููู
ู ุฅูููู ุงููู
ูุฑูุงูููู
โWahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan sikuโ. (QS Al Maidah [5] : 6).
Sisi pendalilannya sebagai berikut, jawab syarat (dari kalimat syarat yang ada dalam ayat inipent.) merupakan suatu yang berurutan dan tidak boleh diakhirkan[41]. Adapun dalil dari Sunnah adalah Nabi shallallahu โalaihi was sallam berwudhu dengan tidak memisahkan membasuh anggota wudhu (yang satu dengan yang lainnyapent.) dan hadits Nabi shallallahu โalaihi was sallam yang diriwayatkan dari sahabat Umar bin Khottob rodhiyallahu โanhu
ุฃูููู ุฑูุฌููุงู ุชูููุถููุฃู ููุชูุฑููู ู
ูููุถูุนู ุธูููุฑู ุนูููู ููุฏูู
ููู ููุฃูุจูุตูุฑููู ุงููููุจูููู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
- ููููุงูู ยซ ุงุฑูุฌูุนู ููุฃูุญูุณููู ููุถููุกููู ยป. ููุฑูุฌูุนู ุซูู
ูู ุตููููู
โBahwasanya ada seorang laki-laki berwudhu dan meninggalkan bagian yang belum dibasuh sebesar kuku pada kakinya. Ketika Nabi shallallahu โalaihi was sallam melihatnya maka Nabi shallallahu โalaihi was sallam mengatakan, โKembalilah (berwudhupent.) perbaguslah wudhumuโ.[42]
Hal ini merupakan pendapat Imam Syafiโi dalam perkataannya yang lama, serta pendapat Al Imam Ahmad dalam riwayat yang masyhur dar beliau[43].
Sunnah Wudhu
Bersiwak[44],
hal sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu โalaihi was sallam,
ยซ ูููููุงู ุฃููู ุฃูุดูููู ุนูููู ุฃูู
ููุชูู ูุฃูู
ูุฑูุชูููู
ู ุจูุงูุณููููุงูู ุนูููุฏู ููููู ุตููุงูุฉู ยป
โSeandainya jika tidak memberatkan ummatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak pada setiap hendak berwudhuโ[45].
Mencuci kedua tangan tiga kali ketika hendak berwudhu, sunnah ini lebih ditekankan ketika bangun dari tidur atau dengan kata lain hukumnya wajib.
Dalil yang menunjukkan bahwa mencuci tangan ketika hendak berwudhu sunnah adalah hadits Nabi shallallahu โalaihi was sallam,
ุนููู ุญูู
ูุฑูุงูู ู
ูููููู ุนูุซูู
ูุงูู ุจููู ุนููููุงูู ุฃูููููู ุฑูุฃูู ุนูุซูู
ูุงูู ุฏูุนูุง ุจูููุถููุกู ุ ููุฃูููุฑูุบู ุนูููู ููุฏููููู ู
ููู ุฅูููุงุฆููู ุ ููุบูุณูููููู
ูุง ุซููุงูุซู ู
ูุฑููุงุชูโฆ.. ุซูู
ูู ููุงูู ุฑูุฃูููุชู ุงููููุจูููู โ ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
โ ููุชูููุถููุฃู ููุญููู ููุถููุฆูู ููุฐูุง
Dari Humroon budaknya Utsman bin Affan, (ketika ia menjadi budaknya Utsmanpent.) suatu ketika beliau memintanya untuk membawakan air wudhu (dengan wadahpent.), kemudian aku tuangkan air dari wadah tersebut ke kedua tangan beliau. Maka ia membasuh tangannya sebanyak tiga kaliโฆโฆkemudian beliau berkata, โAku dahulu melihat Nabi shallallahu โalaihi was sallam berwudhu dengan wudhu seperti yang aku peragakan iniโ[46].
Hal ini ditetapkan sebagai sunnah dan bukan wajib sebab Utsman rodhiyallahu โanhu melakukannya karena melihat Nabi shallallahu โalaihi was sallam melakukannya. Semata-mata perbuatan Nabi shallallahu โalaihi was sallam yang dicontoh para sahabat menunjukkan hukum anjuran atau sunnah[47]. Kemudian dalil yang menunjukkan wajibnya mencuci tangan ketika bangun dari tidur adalah sabda Nabi shallallahu โalaihi was sallam,
ยซููุฅูุฐูุง ุงุณูุชูููููุธู ุฃูุญูุฏูููู
ู ู
ููู ููููู
ููู ููููููุบูุณููู ููุฏููู ููุจููู ุฃููู ููุฏูุฎูููููุง ููู ููุถููุฆููู ุ ููุฅูููู ุฃูุญูุฏูููู
ู ูุงู ููุฏูุฑูู ุฃููููู ุจูุงุชูุชู ููุฏููู ยป
โJika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya maka hendaklah ia mencuci tangannya sebelum ia memasukkan tangannya ke air wudhu,
karena ia tidak tahu di mana tangannya bermalamโ.
Jika ada yang bertanya apakah hal ini hanya berlaku pada tidur di malam hari saja atau umum? Maka jawabannya adalah sebagaimana yang disampaikan Nabi shollallahu โalaihi was sallam di atas yaitu semua tidur yang menyebabkan orang tidak tahu di mana tangannya berada ketika ia tidur. Dan inilah pendapat yang dipilih oleh Al Imam Asy Syafiโi rohimahullah, demikian juga mayoritas โulama[48].
Bersungguh-sungguh dalam beristinsyaq dan berkumur-kumur ketika tidak sedang berpuasa[49].
Dalilnya adalah sabda Nabi shollallahu โalaihi was sallam,
ยซ ุจูุงููุบู ููู ุงูุงูุณูุชูููุดูุงูู ุฅููุงูู ุฃููู ุชูููููู ุตูุงุฆูู
ูุง ยป
โBersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq kecuali jika kalian sedang berpuasaโ[50].
Mendahulukan membasuh anggota wudhu yang kanan. Dalilnya adalah sabda Nabi shollallahu โalaihi was sallam,
ยซ ููุงูู ุฑูุณูููู ุงูููููู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
- ููููุญูุจูู ุงูุชููููู
ูููู ููู ุทููููุฑููู ุฅูุฐูุง ุชูุทููููุฑู ยป
โAdalah kebiasaan Nabi shollallahu โalaihi was sallam sangat menyukai mendahulukan kanan dalam thoharoh (berwudhupent.)โ[51].
Membasuh anggota wudhu sebanyak 2 kali atau 3 kali.
Dalil bahwa Nabi shallallahu โalaihi was sallam membasuh anggota wudhunya 2 kali adalah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Zaid,
ุฃูููู ุงููููุจูููู โ ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
โ ุชูููุถููุฃู ู
ูุฑููุชููููู ู
ูุฑููุชููููู
โSesungguhnya Nabi shallallahu โalaihi was sallam berwudhu
(membasuh anggota wudhunya sebanyakpent.) dua kali-dua kali.[52]โ
Dalil bahwa beliau membasuh anggota wudhu sebanyak tiga kali adalah hadits yang diriwayatkan Humroon dari tentang wudhu Utsman bin Affan rodhiyallahu โanhu ketika melihat cara wudhu Nabi shollallahu โalaihi was sallam,
ุนููู ุญูู
ูุฑูุงูู ู
ูููููู ุนูุซูู
ูุงูู ุจููู ุนููููุงูู ุฃูููููู ุฑูุฃูู ุนูุซูู
ูุงูู ุฏูุนูุง ุจูููุถููุกู ุ ููุฃูููุฑูุบู ุนูููู ููุฏููููู ู
ููู ุฅูููุงุฆููู ุ ููุบูุณูููููู
ูุง ุซููุงูุซู ู
ูุฑููุงุชูโฆ. ุซูู
ูู ุบูุณููู ููุฌููููู ุซููุงูุซูุงโฆ
Dari Humroon budaknya Utsman bin Affan, (ketika ia menjadi budaknya Utsmanpent.) suatu ketika beliau memintanya untuk membawakan air wudhu (dengan wadahpent.), kemudian aku tuangkan air dari wadah tersebut ke tangan beliau. Maka ia membasuh tangannya sebanyak 3 kaliโฆkemudian dia membasuh wajahnya sebanyak 3 kaliโฆ.[53]
Hal ini sering beliau lakukan pada anggota wudhu selain pada mengusap kepala, berdasarkan salah satu riwayat hadits Abdullah bin Zaid rodhiyallahu โanhu di atas yang juga dalam shohihain,
ุซูู
ูู ุฃูุฏูุฎููู ููุฏููู ููู
ูุณูุญู ุฑูุฃูุณููู ุ ููุฃูููุจููู ุจูููู
ูุง ููุฃูุฏูุจูุฑู ู
ูุฑููุฉู ููุงุญูุฏูุฉู
โKemudian beliau memasukkan tangannya ke dalam wadah air lalu menyapu kepalanya ke arah depan dan belakang sebanyak 1 kaliโ[54].
Namun demikian dianjurkan juga menyapu kepala sebanyak tiga kali[55], namun hal ini dianjurkan dengan catatan tidak dilakukan terus menerus berdasarkan salah satu riwayat hadits yang diriwayatkan Humroon tentang cara wudhu Utsman bin Affan rodhiyallahu โanhu ketika beliau melihat cara wudhu Nabi shollallahu โalaihi was sallam,
ููู
ูุณูุญู ุฑูุฃูุณููู ุซููุงูุซูุง ุซูู
ูู ุบูุณููู ุฑูุฌููููููู ุซููุงูุซูุง ุซูู
ูู ููุงูู ุฑูุฃูููุชู ุฑูุณูููู ุงูููููู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
- ุชูููุถููุฃู ููููุฐูุง
Beliau (Utsman bin Affan) menyapu kepalanya tiga kali kemudian membasuh kakinya tiga kali, kemudian beliau berkata, โAku melihat Rosulullah shallallahu โalaihi was sallam berwudhu dengan wudhu seperti iniโ[56].
Tertib, yang dimaksud tertib di sini adalah membasuh anggota wudhu sesuai tempatnya (urutan yang ada dalam ayat wudhupent.)[57].
Hal ini kami cantumkan di sini sebagai sebuah sunnah bukan wajib dalam wudhu dengan alasan hadits Al Miqdam bin Maโdikarib Al Kindiy rodhiyallahu โanhu,
ุฃูุชููู ุฑูุณูููู ุงูููููู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
- ุจูููุถููุกู ููุชูููุถููุฃู ููุบูุณููู ููููููููู ุซููุงูุซูุง ุซูู
ูู ุชูู
ูุถูู
ูุถู ููุงุณูุชูููุดููู ุซููุงูุซูุง ููุบูุณููู ููุฌููููู ุซููุงูุซูุง ุซูู
ูู ุบูุณููู ุฐูุฑูุงุนููููู ุซููุงูุซูุง ุซููุงูุซูุง ุซูู
ูู ู
ูุณูุญู ุจูุฑูุฃูุณููู ููุฃูุฐููููููู ุธูุงููุฑูููู
ูุง ููุจูุงุทูููููู
ูุง
โRosulullah shallallahu โalaihi was sallam melakukan wudhu dengan membasuh tangannya tiga kali kemudian berkumur-kumur dan istinsyaq tiga kali, kemudian membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh kakinya tiga kali, kemudian menyapu kepalanya dan telinga bagian luar maupun dalamโ[58].
Berdoโa ketika telah selesai berwudhu. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu โalaihi was sallam,
ยซ ู
ูุง ู
ูููููู
ู ู
ููู ุฃูุญูุฏู ููุชูููุถููุฃู ููููุจูููุบู โ ุฃููู ููููุณูุจูุบู โ ุงููููุถููุกู ุซูู
ูู ููููููู ุฃูุดูููุฏู ุฃููู ูุงู ุฅููููู ุฅููุงูู ุงูููููู ููุฃูููู ู
ูุญูู
ููุฏูุง ุนูุจูุฏู ุงูููููู ููุฑูุณูููููู ุฅููุงูู ููุชูุญูุชู ูููู ุฃูุจูููุงุจู ุงููุฌููููุฉู ุงูุซููู
ูุงููููุฉู ููุฏูุฎููู ู
ููู ุฃููููููุง ุดูุงุกู ยป.
โTidaklah salah seorang dari kalian berwudhu dan ia menyempurnakan wudhunya kemudian membaca, โAku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allahโ melainkan akan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang jumlahnya delapan, dan dia bisa masuk dari pintu mana saja ia mauโ[59].
At Tirmidzi menambahkan lafafdz,
ุงููููููู
ูู ุงุฌูุนูููููู ู
ููู ุงูุชูููููุงุจูููู ููุงุฌูุนูููููู ู
ููู ุงููู
ูุชูุทููููุฑูููู
โYa Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termsuk orang-orang yang selalu mensucikan diriโ[60].
Sholat dua rakaโat setelah wudhu. Hal ini berdasarkan hadits Nabi shollallahu โalaihi was sallam,
ยซ ู
ููู ุชูููุถููุฃู ููุญููู ููุถููุฆูู ููุฐูุง ุซูู
ูู ุตููููู ุฑูููุนูุชููููู ุ ูุงู ููุญูุฏููุซู ูููููู
ูุง ููููุณููู ุ ุบูููุฑู ุงูููููู ูููู ู
ูุง ุชูููุฏููู
ู ู
ููู ุฐูููุจููู ยป
โBarangsiapa berwudhu sebagaimana wudhuku ini, kemudian sholat 2 rakaโat (dengan khusyuked.) setelahnya dan ia tidak berbicara di antara keduanya[61], maka akan diampuni seluruh dosanya yang telah laluโ[62].
Demikianlah akhir tulisan ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kami sebagai tambahan โamal dan sebagai tambahan ilmu bagi pembaca sekalian serta berbuah โamal bagi kita semua.
Allahu aโlam bish showab
[1] Bahkan hal ini diklaim ijmaโoleh An Nawawi rohimahullah [lihat Al Minhaaj Syarh Shohih Muslim oleh An Nawawi rohimahullah hal. 98/III cetakan Darul Maโrifah, Beirut dengan tahqiq dari Syaikh Kholil Maโmun Syihaa]
[2] HR. Bukhori no. 135, Muslim no. 225.
[3] Lihat Al Minhaaj Syarh Shohih Muslim oleh An Nawawi rohimahullah hal. 95/III. Hal senada juga dikatakan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolaniy rohimahullah dalam Fathul Baari hal. 214/I.
[4] Syaikh Muhammad bin Sholeh Al โUtsaimin rohimahullah mengatakan, โPenyebut empat anggota wudhu dalam hal ini hanyalah maksudnya adalah penyebutan sebagian namum yang diinginkan adalah seluruh anggota wudhuโ. [lihat Syarhul Mumtiโ โala Zaadil Mustaqniโ hal. 110/I, terbitan Al Kitabul โAlimiy, Beirut, Lebanon.]Atau bisa kita katakan sebagai majas part pro toto dalam istilah bahasa Indonesia.
[5] Hadits ini merupakan salah satu hadits pokok dalam masalah tata cara wudhu Nabi shallallahu โalaihi was sallam.
[6] Akan datang penjelasannya insya Allah.
[7] HR. Bukhori no. 159,Muslim no. 226.
[8] Lihat Shohih Fiqhis Sunnah oleh Abu Maalik Kamaal bin Sayyid Salim hal. 111/I, terbitan Maktabah Tauqifiyah.
[9] Kami menempuh cara menulis seperti ini (membedakan mana perkara yang sunnah dan wajib) bukanlah berarti tidak ingin meniru wudhu Nabi secara menyeluruh akan tetapi agar โamal kita bisa memiliki nilai tambah jika berhadapan dua hal yang sama-sama baik, misalnya hal yang wajib dan sunnah ataupun 2 hal yang sunnah namun salah satu lebih ditekankan. Allahu Aโlam.
[10] Lihat Al Mulakhoshul Fiqhiy hal. 24 oleh Syaikh DR. Sholeh bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullah cetakan Dar Ibnul Jauziy Riyadh.
[11] Tolak ukur tamyiz adalah sebagaimana yang dikatakan Nabi shallallahu โalaihi was sallam adalah berumur 7 tahun dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 495 dan dinyatakan hasan shohih oleh Al Albani rohimahullah dalam takhrij beliau untuk Sunan Abu Dawud.
[12] Yang kami maksudkan dengan niat adalah azam/keinginan yang ada dalam hati untuk berwuhu karena ingin melaksanakan perintah Allah dan RosullNya shallallahu โalaihi was sallam, Ibnu Taimiyah rohimahullah mengatakan, โNiat dalam seluruh ibadah tempatnya di hati bukan di lisan dan hal ini telah disepakati para โulama kaum muslimin, semisal dalam ibadah thoharoh, sholat, zakat, puasa, haji, membebaskan budak, jihad, dan lain-lain. Seandainya ada seorang yang melafadzkan niat dan hal itu berbeda dengan niat yang ada dalam hatinya maka yang menjadi tolak ukur berpahala atau tidaknya amal adalah niat yang ada dalam hatinya bukan yang ada di lisannyaโ.[lihat Al Fatawatul Qubro oleh Ibnu Taimiyah, dengan tahqiq Husnain Muhammad Makhluf hal. 87/II, terbitan Darul Maโrifah, Beirut Lebanon]. yang senada juga dikatakan oleh Al Imam An Nawawi Asy Syafiโi rohimahullah lihat Qowaid wa Fawaid minal โArbain An Nawawiyah oleh Syaikh Nadzim Muhammad Shulthon hal. 30 cetakan Darul Hijroh, Riyadh, KSA demikian juga beliau isyaratkan dalam Kitabnya At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qurโan hal. 50 dengan tahqiq dari Syaikh Abu Abdillah Ahmad bin Ibrohim Abul โAinain cetakan Maktabah Ibnu Abbas Kairo, Mesir. Mudah-mudahan dengan penjelasan ringkas ini pembaca bisa memahami defenisi niat yang benar.
[13] Lihat Syarhul Mumtiโ โala Zaadil Mustaqniโ hal. 127/I
[14] Membersihkan sesuatu yang keluar dari dua jalur kemaluan dengan air. [lihat Syarhul Mumtiโ โala Zaadil Mustaqniโ hal. 69/I ]
[15] Membersihkan sesuatu yang keluar dari dua jalur kemaluan dengan tiga buah batu atau dengan selainnya [lihat Manjaahus Salikin oleh Syaikh Abdurrohman bin Nashir As Saโdiy rohimahullah hal. 38 cetakan Darul Wathon, Riyadh, KSA].
[16] HR. Ibnu Hibban no. 399, At Tirmidzi no. 26, Abu Dawud no. 101, Al Hakim no. 7000, Ad Daruquthni no. 232. Hadits ini dinilai shohih oleh Al Albani rohimahullah dalam Shohihul Jamiโ no. 7514, bahkan Syaikh Abu Ishaq Al Huwainiy membuat satu juz (kitab yang khusus membahas satu hadits) dan beliau menshohihkan hadits ini. Akan tetapi status hadits ini diperselisihkan para ulama di antara yang mendhoifkannya โAli bin Abu Bakr Al Haitsami rohimahullah dalam Majmuโ Az Zawaid hal. 780/IX terbitan Darul Fikr, Beirut dan penulis Shohih Fiqhis Sunnah dalam takhrij beliau untuk hadits ini.
[17] Lihat Al Wajiz fi Fiqhil Kitab was Sunnah oleh Syaikh DR. Abdul Adzim bin Badawiy Al Kholafiy hafidzahullah hal. 38 Dar Ibnu Rojab Kairo, Mesir.
[18] Lihat Syarhul Mumtiโ โala Zaadil Mustaqniโ hal. 131-132/I, dan tambahan dari Shohih Fiqhis Sunnah hal. 113/I.
[19] Lihat Fathul Baari hal. 78/X.
[20] Lihat Mandzumah Ushulil Fiqh wa Qowaโidih oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al โUtsaimin rohimahullah hal. 103 cetakan Dar Ibnul Jauziy Riyadh,KSA.
[21] HR. Muslim no. 237.
[22] HR. Abu Dawud no. 144, hadits ini dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam takhrij Beliau untuk Sunan Abu Dawud.
[23] Lihat Ats Tsamrul Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitaab oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rohimahullah hal. 10/I cetakan Ghiroos, Kuwait.
[24] HR. Abu Dawud no. 145, Al Baihaqi no. 250 dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam Irwaโul Gholil no. 92.
[25] Lihat tanda [*] dalam tulisan ini.
[26] HR. Bukhori no. 1832 dan Muslim no. 226.
[27] Perbedaan antara menghapus/menyapu dan membasuh adalah bahwa pada menghapus/menyapu tidak ada mengalirkan air ke tempat yang akan dihapus namun cukup dengan membasahi tangan dengan air dan menyapukan tangan tersebut ke kepala. [Lihat Syarhul Mumtiโ โala Zaadil Mustaqniโ hal. 116/I.]
[28] Lihat Al Wajiz fi Fiqhil Kitab was Sunnah oleh Syaikh DR. Abdul Adzim bin Badawiy Al Kholafiy hafidzahullah hal. 38 Dar Ibnu Rojab Kairo, Mesir.
[29] Lihat Al Minhaaj Syarh Shohih Muslim oleh An Nawawi rohimahullah hal. 102/III.
[30] HR. Bukhori no. 185, Muslim 235.
[31] Namun merupakan sunnah Nabi shallallahu โalaihi was sallam juga membasuhnya dari arah belakang ke depan. Sebagaimana akan kami cantumkan haditsnya dalam pokok bahasan Membasuh anggota wudhu sebanyak 2 kali atau 3 kali dalam tulisan ini insya Allah taโala.
[32] Lihat penjelasan masalah ini di Syarhul Mumtiโ โala Zaadil Mustaqniโ hal. 117/I.
[33] HR. Abu Dawud no.134, At Tirmidzi no. 37, Ibnu Majah no. 478, dan lain-lain. Hadits ini dinyatakan shohih oleh Al Albani rahmatullah โalaihi dalam Ash Shohihah no. 36. Lihat juga penjelasan tentang takhrij hadits ini dalam Subulus Salaam Al Mausulatu ilaa Bulughil Maroom oleh Al โAmir Ash Shonโani rohimahullah hal. 206/I dengan tahqiq dari Syaikh Muhammad Shubhi Hasan Halaaq cetakan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA. Di sini muhaqqiq kitab ini menjelaskan panjang lebar tentang hadits ini yang kesimpulannya hadits ini shohih.
[34] HR. An Nasaโi no. 102, dinyatakan hasan shohih oleh Al Albani dalam takhrij beliau untuk Sunan Nasaโi.
[35] [lihat Al Majmuโ oleh An Nawawi rohimahullah hal. 409/I Asy Syamilah]. Dan hal ini sesuai dengan kaidah fiqh keumuman hukum dalam syariโat antara laki-laki dan perempuan selama tidak ada dalil yang mengkhususkannya pada salah satu dari keduanya, [lihat Maโalim Ushulil Fiqh โinda Ahlis Sunnah wal Jamaโah oleh Syaikh DR. Muhammad bin Husain bin Hasan Al Jaizaniy hafidzahullah hal. 418, cetakan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA].
[36] HR. Bukhori no. 185, Muslim no. 235.
[37] HR. Tirmidzi no. 40, Abu Dawud no. 148, hadits ini dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam takhrij beliau untuk Sunan At Tirmidzi.
[38] Lihat Subulus Salaam Al Mausulatu ilaa Bulughil Maroom oleh Al โAmir Ash Shonโani rohimahullah hal. 196/I dengan tahqiq dari Syaikh Muhammad Shubhi Hasan Halaaq cetakan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA.
[39] Lihat Shohih Fiqhis Sunnah hal. 121/I.
[40] Dalam kondisi/waktu normal maksudnya adalah jika tidak ada angin yang berhembus, dalam kondisi cuaca yang sangat panas (sehingga air wudhu dengan cepat mengering), atau sangat dingin. [lihat Syarhul Mumtiโ โala Zaadil Mustaqniโ hal. 120/I.]
[41] Lihat Syarhul Mumtiโ โala Zaadil Mustaqniโ hal. 119/I.
[42] HR. Mulsim no. 243.
[43] Lihat dari Shohih Fiqhis Sunnah hal. 121/I.
[44] Al Amir Ash Shonโani rohimahullah mengatakan, โSiwak yang dimaksud dalam istilah para ulama adalah penggunaan potongan kayu atau selainnya pada gigi untuk menghilangkan kotoran kuning pada mulutโ. [Lihat Subulus Salaam Al Mausulatu ilaa Bulughil Maroom hal. 175/I].
[45] HR. Tirmidzi no. 22, Abu Dawud no. 37, dinilai shohih oleh Al Albani dalam takhrij beliau untuk Sunan At Tirmidzi.
[46] HR. Bukhori no. 159,Muslim no. 226.
[47] Lihat Maโalim Ushulil Fiqh โinda Ahlis Sunnah wal Jamaโah hal. 124.
[48] Lihat Taudhihul Ahkaam min Bulughil Maroom oleh Syaikh Abullah Alu Bassaam rohimahullah hal. 215/I cetakan Maktabah Sawaadiy, Mekkah, KSA.
[49] Lihat penjelasan mengapa perintah di sini tidak dimaknai wajib di Taudhihul Ahkaam min Bulughil Maroom hal. 218/I.
[50] HR. Abu Dawud no. 2368, Al Hakim no. 525 dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam takhrij beliau untuk Sunan Abu Dawud demikian juga Adz Dzahabi.
[51] HR. Bukhori 168, Muslim no. 268.
[52] HR. Bukhori 158.
[53] HR. Bukhori 164, Muslim no. 226.
[54] HR. Bukhori 186.
[55] Pendapat inilah yang dipilih oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rohimahullah di Ats Tsamrul Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitaab hal.11/I, demikian juga Syaikh DR. Abdul Adzim bin Badawiy Al Kholafiy hafidzahullah Al Wajiz fi Fiqhil Kitab was Sunnah hal. 41.
[56] HR. Abu Dawud no. 107 dan dinyatakan hasan shohih oleh Al Albani rohimahullah dalam takhrij beliau untuk Sunan Abu Dawud.
[57] Lihat Syarhul Mumtiโ โala Zaadil Mustaqniโ hal. 118/I.
[58] HR. Abu Dawud no. 121, dinyatakan shohih oleh Al Albani rohimahullah dalam takhrij beliau untuk Sunan Abu Dawud.
[59] HR. Muslim no. 234.
[60] HR. Tirmidzi no. 55 dan dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam takhrij beliau untuk Sunan Tirmidzi.
[61] An Nawawi rohimahullah mengatakan, โyang dimaksud dengan tidak berbicara diantara keduanya yaitu tidak berbicara dalam masalah dunia yang tidak ada hubungannya dengan sholatโ. [lihat Al Minhaaj Syarh Shohih Muslim hal. 103/III]
[62] HR. Bukhori no. 159, Muslim no. 226.
Sumber : Muslim.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas Kunjungannnya Silakan Kasih Komentar.